Sunday, March 18, 2018

Nasib Nursiah dan Buah Hati yang Luput dari Janji Pemerintah

Tak seperti lazimnya tempat tinggal, bangunan berkontruksi kulit pelepah rumbia yang dibangun belasan tahun lalu itu lebih pantas disebut kandang ternak. Bukan hanya karena kontruksi bangunannya yang kian lapuk dan reyot, tapi letak bangunan yang jauh dari kata layak dan sehat untuk dihuni. Maklum, rumah itu berlokasi di bibir sungai, lembab dan kotor.

Tapi, di rumah tak layak huni itulah seorang janda bernama Nursiah (48) menetap bersama dua orang anaknya, Yusnani (17) dan Ramadhani (14). Selama 11 tahun mereka menetap di rumah Jalan Teuku Nyak Arief, Desa Lamgugop, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Kawasan ini hanya beberapa kilometer dari pusat Kantor Pemerintahan Aceh.

Ramadhani saat ini tercatat sebagai siswa VII SLTP Negeri 15 Lampineung, Banda Aceh. Sementara, sang kakak setamat Sekolah Dasar (SD) terpaksa tidak melanjutkan pendidikan karena keterbatasan biaya. Apalagi, kondisi kesehatan Nursiah saat ini sudah jauh menurun. Matanya tak lagi jernih melihat. 

Kamis, 2 Juni 2016 lalu, media ini menyambangi kediaman Nursiah. Musim penghujan akhir-akhir ini membuat hari-hari mereka kian menyedihkan. Air menggenangi sekeliling rumah. Dan, tak jarang, luapan air sungai masuk ke dalam rumah dan menggenangi lantai yang biasa mereka gunakan untuk tidur. "Kami sering begadang jika hujan lebat, karena tidak ada lagi tempat yang tersisa untuk tidur dan berteduh dari guyuran hujan," kata Nursiah lirih.

Untuk penerangan di waktu malam, keluarga Nursiah menerima belas kasih orang sekitar yang bersedia mengaliri aliran listrik ke rumahnya secara cuma-cuma. Semula, Nursiah enggan menerima media ini bertandang dan mewawancarianya, bukan karena tidak mau dan malu dengan keadaan rumah yang begitu memprihatinkan. Tapi, yang membuat Nursiah sakit hati, karena janji-janji yang sering dilontarkan setiap orang yang mendatangi rumahnya, baik wartawan,aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun pejabat teras. “Kalau saya hitung, sudah ada 13 rumah saya saat ini, jika semuanya terwujud,” ujar Nursiah dengan nada kesal.

Namun, setelah media ini menjelaskan niat mengapa memilih mendatangi rumahnya, barulah Nursiah mau bercerita keluh kesahnya. Cerita Nursiah, sebagai ibu dan kepala keluarga, setiap pagi hari ia membuat pulut (penganan dari ketan), kemudian menjualnya di samping Jalan Teuku Nyak Arief pada setiap orang yang lalu lalang agar ia bisa menghidupi kedua anaknya.  “Jika laku semua, saya dapat rezeki 20 ribu. Namun, jika tidak laku, kami memilih untuk tidak makan,” kata Nursiah.

Menurutnya, kalau mereka tidak sabar, makan satu waktu bisa tidak memiliki lagi modal untuk jualan pulut esok harinya. Begitu juga terhadap jajan anaknya yang masih sekolah. Nursiah memiliki harapan besar pada putranya Ramadhani. Dia berharap, suatu hari putranya itu bisa menjadi anak yang sukses. Karena itu, Nursiah rela banting tulang meski terkadang lelah dengan beban hidup yang harus ditanggung. "Saya ingin menunjukkan pada anak bahwa kita harus berjuang untuk hidup. Tak perlu mengemis dan meminta-minta pada orang lain," katanya.

Nursiah menjelaskan, di Aceh orang miskin tak ada nilainya di mata penguasa. Bahkan, orang-orang sepertinya seolah sengaja dipelihara untuk dijadikan objek mencari uang dan jabatanItu disadarinya dengan seringnya orang mendatangi rumahnya dan menebar janji akan memberikan rumah gratis dengan syarat harus memberikan fotokopi Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) serta foto rumah reyotnya. Sementara, setelah itu tidak ada hasil progres lanjutan. “Saya memang bodoh tapi saya tahu dipermainkan. Saya tahu saya diperjualbelikan. Saya sadar itu,” ungkap Nursiah dengan suara terbata-bata.

Tak sanggup menahan emosi, Nursiah akhirnya menumpahkan sakit hatinya. Sambil menangis, Nursiah mengaku tak memiliki harapan apa pun pada Pemerintah Aceh. “Semua telah hampa,” ujarnya dengan nada setengah teriak dan tangan menyapu kedua bola matanya.

Kesal Nursiah tentu punya alasan, menurutnya orang miskin di Aceh seolah sengaja dipelihara. Buktinya, sampai saat ini, ia tidak mengantongi kartu program perlindungan sosial apa pun, baik Kartu Keluarga Harapan dan Kartu Keluarga Sejahtera. Padahal, di KTP yang ia kantongi saat ini, tercatat sebagai warga Lamgugop, Banda Aceh.

“Kenapa kami selalu luput dari perhatian pemerintah? Sementara, sebulan sampai tiga kali orang mendatangi rumah saya,” kata Nursiah mengkritisi sembari dua anaknya Ramadhani dan Yusnani hanya tertunduk di sebelah ibunya, Kamis pekan lalu.

Kepada media ini, Ramadhani mengaku ingin sekali membahagiakan ibunya saat ia besar nanti. Dia sadar, sebagai anak yang terlahir dari keluarga kurang mampu, maka cita-cita yang digantungkannya pun tidak muluk-muluk. 

“Saya hanya ingin membahagiakan Mamak, Bang. Jadi PNS (pegawai negeri sipil)biasa saja saya sudah bersyukur. Atau jadi buruh kasar juga tidak apa-apa asal saya bisa membahagiakan Mamak,” ujarnya polos.[]

Arikel ini sudah pernah ditayangkan pada 2016 dengan judul : 2,2 Juta Rakyat Aceh Ternyata Masih Miskin

Sunday, August 27, 2017

Harmoni Cinta dan Persahabatan di 7 Cm

Oleh : Mulyani Zed
Dari kiri: Masrizal, Irwan, Rhil, Moelyani, Kak Riski, Andi dan Akbar

Salam 7cm…
Yups, itulah nama dari genk kami. (seperti anak SMA aja masih ada genk)… eeepps, tapi genk ini beda lho sama genk d SMA, yang masih labilisasi gitu... hehe

Tapi kami disini beda, bukan genk yang hanya berteman dengan sesama di dalam genk itu, kami juga akrab dengan kawan-kawan lainnya, hanya kebetulan saja kami bisa bersama dan membentuk sebuah nama “7 cm”…
Tapi nama itu juga bukan dari 5 cm lho, okey ntar bakalan diceritain dech asal muasal alias asbab dari nama “7 cm”…
Okhey sebelumnya kami akan kenalkan dulu siapa-siapa aja sich yang ada di dalam “7 cm” ini…

Cekidoooottt…… J
Inilah profil personi “7cm”
Yang pertama ada senior kami yang paling senior, boleh d bilang abang yang paling tertua di genk kami, yups beliau adalah “MASRIJAL”, beliau lahir di Gunung Pudung pada 02 Juli 1989. Rupanya senior kami ini banyak hobi juga ya, hehe. Yups hobi beliau diantaranya jalan-jalan (terserah mau jalan kemana aja yang penting jalan, walopun jalan kaki mungkin ya…) wkwk, trus dy juga punya hobi mancing (eeppps tapi bukan mancing cewe kan bang..??) hehe, ya adalagi hobi beliau yaitu tenis meja, yaa lumayan untuk kesahatan juga… J. Beliau juga seorang pekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya sendiri,mau bekerja apa saja demi kesuksesan. Dan dari kecil beliau memang sudah hidup mandiri dan tanpa putus asa yaa sampai pada saat ini, itu semua beliau lakukan demi cita-cita yang akan diraih. Semoga kesuksesan slalu meyertai kami… Aamiin…..



Lanjut yang kedua ada “IRWAN SAPUTRA”, dia juga sebagai ketua di “7 cm” dia lahir di Abdya pada 01 Januari 1991 (tahun baru euy..), hobi irwan adalah membaca (mau buku, novel, koran dan yang lain yang bisa di baca lah pokoknya, yang penting membaca), boleh di bilang dia seperti pustaka berjalan, hoho. Irwan juga seorang anak yang mandiri, dia rela bekerja demi membantu orangtuanya untuk memenuhi kebutuhan biaya kuliahnya (anak yang baik yaa…) hehe. 
Dia juga seorang yang penyayang anak-anak sehingga rame anak-anak juga dekat dengannya. Dia juga seorang yang rela berkorban demi sahabatnya yang lain, sering memberi masukan juga pada kami tentang hal-hal yang mungkin dulunya belum pernah kami ketahui, yaa namanya aja perpustakaan berjalan, pasti banyak bahan donk yang mesti di transfer, walopun banyak mukadimahnya, hehe. Dan yang penting kata seorang Irwan adalah “yang penting kita punya cerita”, hihihi



Yang ketiga ada “ANDI MAULANA”, dia lahir disekitaran kota Banda Aceh yang pastinya di atas kasur laa (hehe) pada 09 Oktober 1990. Dia memiliki hobi olahraga (terserah olahraga apa aja yang penting bagi seorang andi yaitu olahraga) hehe. Andi juga kami kenal sebagai orang yang cuek akan keadaan, tapi walopun dia cuek dia tetap baik kok, mau membantu kawan (itu yang penting) J. Dia juga seorang yang suka ngomong ceplas ceplos yang bisa buat kami ketawa bareng, apapun kata-kata dia yang keluar seringnya hanya candaan semata, yang penting ngakak trus….



Yang keempat ada “M. ALI AKBAR”, yang lahir di Lawe Loning pada 20 Maret 1991. Hobinya adalah jogging, football, basketball, renang dan masih banyak lainnya, terlalu banyak hobbi sahabat yang satu ini, hihi. Akbar seorang sahabat kami yang paling loyal dan gokil abiiiiiss. Dia bisa buat kami tertawa ngakak hanya dengan gayanya aja, apalagi kalo dia ngomong ya, hoho. Dia juga seorang yang sangat, sangat dan bahkan sangat jujur. Apapun tentang kebaikan dan kejelekan kami dia akan mengatakannya, eeppps tapi bukan untuk memojokkan atau apalah, dia hanya menyampaikan dengan tujuan mungkin kami bisa mengubah sifat-sifat kami yang kurang baik, karna dia juga sahabat yang sangat peduli dengan sahabat yang lainnya. Siiiippp dech Akbar…. J




Adalagi yang kelima, “RISKY MOLISA” yang lahir di Cot Tufah pada 24 September 1990. Hobinya nonton, jalan-jalan, shopping dan berfoto ria, hehe. Risky juga seorang sahabat yang peduli, saling menasehati (kalo kami ada salah), yaa sifat keibuannya adalah pada dirinya, hehe. Dia juga seorang yang amat sangat narsis abiis. Tiap kami jalan atau buat something yang penting jepret jangan lupa, dimanapun dan kapanpun dokumentasi tetap harus ada, yang penting happy. Hehe



Ini dia yang keenam, “RHILMANIDAR”, yang lahir di Ladang Teungoh pada 26 November 1991. Hobi seorang Rhil adalah jalan-jalan, mau kemana pun yang penting jalan truuus, hehe. Rhil juga seorang sahabat yang baik, peduli, g’ banyak bacot (bacot apanya ni), ya gitulah pokoknya, hehe. Dia juga seorang yang asyiik untuk bercanda, ketawa yaa untuk hilangin stress juga lah. Kalo dibilangin narsis ya lumayan narsis juga, maklum aja kalo cewe narsis, itu hal yang biasa. Seperti kata diatas tadi yang penting happy, hehe.


Ini dia yang terakhir personil dari “7 cm”, yups, dia adalah “MULYANI ZED”, yang lahir di Blangpidie  pada 7 Maret 1991. Hobinya apa ya kira-kira, hehe, rupanya Imoel juga mempunyai hobi sama seperti sahabatnya yang lain yaitu jalan-jalan, yang penting jalaan, hehe. Kata sahabatnya yang lain Imoel seorang yang gokil, ceria, dan slalu punya cerita (apa ya ceritanya?, mau tau donk) J. Apapun yang terjadi dia masih aja sempat untuk buat kami ngakak, mau di saat sehat atau pun sakit yang penting tertawa. Tapi kata seorang sahabatnya dia juga seorang yang kalo lagi emosi kurang bisa di kontrol, ya maklumlah cewe ada bagian sensinya. Tapi walopun begitu dia juga seorang sahabat yang setia lho, mau membantu apa saja kalo sahabat yang lainnya butuh. Hidup memang untuk saling membantu. J




Okhey, itulah profil dari personil “7 cm”. Dalam persahabatan memang ada lebih dan kurangnya. Dan kelebihan itulah yang ,menjadi menutup kekurangan sesamanya. Yang paling penting di dalam persahabatan itu adalah kekompakan, kejujuran n kesetiakawanan……
Dan bagaimana “7 cm” ini bisa terbentuk ya…?? Tuing tuing… hehe
Inilah asal muasal dari “7 cm’…


Okhey kami mulai dari awal perjalanan kami…

        Kami bertujuh adalah mahasiswa dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di sekitaran kota Banda Aceh, yups kami mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, yang dulunya dikenal dengan IAIN Ar-Raniry. Kami berasal dari Fakultas dan jurusan yang berbeda-beda pula, walopun ada diantara kami yang kuliah pada jurusan yang sama. Diantarnya: Imoel dan Rhil kuliah pada jurusan yang sama yaitu Pendidikan Matematika leting 2009 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, tapi mereka beda unit. Risky kuliah pada Pendidikan Biologi leting 2008 juga pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 

Irwan kuliah di jurusan Hukum Pidana Islam leting 2009 pada Fakultas Syariah. Masri salah seorang mahasiswa jurusan Manajement Pendidikan Islam leting 2008 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Akbar adalah mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam leting 2009 di Fakultas Dakwah, dan Andi seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab leting 2009 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Kami juga berasal dari berbagai kabupaten yang ada di provinsi NAD. Imoel dan Irwan berasal dari kabupaten Abdya (Aceh Barat Daya), Rhil dan Masri berasal dari Aceh selatan, Risky dari Bireun, Andy asli orang Banda Aceh dan ini dia Akbar yg kurang jelas dari mana asalnya, kebanyakan sich kampungnya, hehe, tapi dia sekarang menetap d Lhoksumawe.

Yaa itulah sekilas info tentang pendidikan dan asal daerah personil “7 cm”… J
Sebagai mahasiswa semester akhir di UIN Ar-Raniry Banda Aceh, kami wajib mengikuti yang namanya KPM yaitu Kuliah Pengabdian Masyarakat. Pada saat itu kami yang belum saling kenal mengikuti KPM mandiri, yang pada saat itu penempatannya di kabupaten Aceh Besar dan hanya ada 2 kecamatan, yaitu Blang Bintang dan Krueng Barona Jaya. Kebetulan pada saat itu kami di tempatkan di kecamatan Blang Bintang tepatnya di gampong Lamsiem yang mulai terhitung tanggal 18 November 2013.


Yuuups, di gampong inilah kami mulai berkarya, yaa berkarya dalam arti mengabdi sebagai tugas mahasiswa semester akhir. Pada awal melaksanakan tugas ini kami merasakan  capek, bosan dan seperti yang di bilang oleh sahabat kami Rhil seperti “panas dingin”, hehe. 

Tapi setelah beberapa hari berlalu perubahan keadaan lebih membaik. Saat kami sedang istirahat sejenak menghilangkan kelelahan di meunasah gampong Lamsiem sambil bercerita dan bercanda bersama tiba-tiba terbesitlah untuk membuat nama untuk persahabatan ini, biar persahabatannya lebih gimnaaaaa gitu, hehe. 


Yaa pada saat itu terlontarlah kata “7 cm” tapi bukan karna dari film 5 cm juga walopun akhirnya kami menyadari itu seperti ikut-ikutan 5 cm, tapi kami gak peduli, nama “7 cm” tetap kami pake sebagai nama persahabatan kami, karena kami juga yang terdiri dari 7 orang dan kami punya cerita yang gak kalah serunya dengan 5 cm, hehe.

Hari demi hari kami lalui bersama, penuh dengan keceriaan dan kelelahan, yang namanya mengabdi mana ada yang senang selalu, pasti ada lelahnya juga, tapi itu semua hilang karna tawaan dan kegokilan dari para sahabat. Dan kami memilih Blang Bintang sebagai salah satu tempat untuk menghilangkan kepenatan kami, disana kami beristirahat untuk menghilangkan semua peluh dan penat. 



Sambil menikmati udara segar persawahan dan menikmati pemandangan pesawat yang take off and landing dan ditambah lagi kegokilan kami yang bisa buat kami tertawa dan bahagia bersama. Begitulah hari-hari yang sering kami lalui selama masa pengabdian di gampong Lamsiem, walopun diantara kami ada yang jarang ada di TKP (Tempat Kejadian Perkara, hehe) itu karna ada alasan tersendiri kenapa dia tidak bisa hadir di tempat pengabdian, dan kami sebagai sahabat harus saling memahami dan mengerti satu sama lainnya dan berharap persahabatan ini akan terus terjaga keutuhannya.

Masih terekam indah memori yang pernah terjadi di tempat pengabdian itu. Yaa pada satu hari tepatnya pada tanggal 26 November 2013 yang bertepatan dengan hari jadinya salah satu sahabat kami yaitu Rhil. Kami ingin merayakan hari ulang tahun sahabat kami sebagai kepedulian kami terhadap seorang sahabat, walopun tak mewah tapi kami tetap merayakan semampu kami. 

Dengan berbagai cara kami setting untuk merayakannya, dan terus memikirkan berbagai aksi yang akan kami tampilkan, skenario pun kami buat semaksimal mungkin yang penting perayaan ini akan berkesan untuk kami semua ya mungkin terutama untuk Rhil yang ultah pada saat itu. Dan akhirnya semua pun berjalan seperti yang kami harapkan, dramanya itu lhooo….. pura-pura Masri dimarahin pak kicik, lalu memutuskan untuk berhenti dari pengabdian dan pergi begitu aja, sampai Akbar dan Irwan mengejar Masri dalam hujan-hujanan (udah seperti film-film india aja ya, hehe), dan menyalahkan Rhil sebagai dalang yang buat Masri seperti itu. Daaaannn inilah surprise yang kami kasih untuk Rhil, (kasiaaan dech Rhil dikerjain), wkwk. Tapi itulah keindahan yang kami dapatkan dari para sahabat. J

Berharap persahabatan ini akan utuh sampai akhir hayat nantinya. Masih ingin bisa berkumpul walopun nantinya udah mempunyai kehidupan masing-masing, tapi kalo memang kami mau menjaganya semuanya akan bisa terwujud apa yang kami harapkan saat ini.

Suatu hari timbullah inisiatif kami untuk membuat baju persatuan “7 cm”, dan kami semua soo pastinya setuju donk dengan usulan itu, yaa karna kami yang kompak dan slalu menginginkan kebersamaan. Akhiranya kami pun memutuskan membuat baju persatuan tersebut. Berbagai ide yang kami pikirkan sebelum kami buat baju itu, kami desain dengan semaksimal mungkin yaa berharap sebagus mungkinlah. Dan kami juga sepakat untuk membuat sketsa foto kami di baju tersebut, gak kebayang saat hebohnya kami berfoto untuk baju itu, hoho.

Di hari minggu pagi itu tepatnya tanggal 8 Desember 2013 setelah breakfast bareng kami mengadakan pemotretan untuk baju kami, wew pemotretan boookk, kayak model aja, haha, aarggh  anggap aja sama, wkwk. Akhirnya kami pun meminta bantu seorang warga untuk memotret kami dengan berbagai macam gayalah, gak ada malu-malunya, yang penting jepreett…
Begini hasil pemotretan bajunya

Setelah itu kami melanjutkan tugas pengabdian kami hingga jam 12 dan kami pun beristirahat sejenak. Dan dalam istirahat itu kami pun sepakat untuk langsung memesan baju kami, yaa berharap cepat siap (terasa gak sabaran liat bajunya, hehe). Akhirnya Imoel, rhil, dan Risky pun mengambil langkah untuk pergi ke sebuah toko baju yang ada di sekitaran Darussalam, yaa lumayan jauh lah dari tempat kami mengabdi. Pada saat itu kami memutuskan untuk mengendarai 1 motor dan berbonceng 3, dan kebetulan Imoel sebagai sopirnya yang menggunakan motor Akbar. Kami pun gak pernah terbayang apa yang bakalan terjadi selanjutnya, dan dengan santai Imoel memacu motor sambil bercerita dan tertawa bersama Rhil dan Risky dalam perjalanan itu.

Tapi takdir berkehendak lain, dalam perjalanan kami yang belum begitu jauh dari tempat pengabdian itu, kami mengalami kecelakaan. Kami gak tau ada kendaraan lain di belakang motor kami, yaa rupanya ada sebuah becak yang sedang melaju dibelakang kami dan berusaha untuk mendahului kami, sampai akhirnya kami pun tertabrak oleh becak itu. Mau dikatakan apalagi na’as hari itu yang menimpa kami. Tapi mereka sahabat gak pernah hilang dari kami. 

Setelah kejadian itu Imoel berusaha menelpon serorang sahabat yaitu Akbar dan memberitahukan keadaan yang terjadi pada kami pada saat itu. Tak lama setelah itu pun Irwan dan Andy datang menemui kami dan pada saat itu juga kami sudah di bawa ke klinik terdekat oleh warga setempat yang membantu kami.

Walopun kondisi kami yang lemah dan luka yang kami alami tapi kami masih bisa tertawa gak peduli sakit itu, bisa dibilang moe moe khem kalo bahasa indonya nangis-nangis ketawa, hehe. Setelah kami di obati oleh dokter pun akhirnya kami kembali ke tempat pengabdian, walopun kondisi sudah berbeda yang dulunya sehat wal’afiat dan sekarang kami jadi pincang dan luka-luka, hmmm nasib nasiiib….

Pada saat kondisi kami yang seperti itu yang hanya bisa duduk manis tanpa bisa buat banyak tugas yang semestinya harus kami jalani, tapi sahabat yang lainnya tidak pernah keberatan dengan keadaan kami seperti ini, mereka slalu ada tiap kami butuh pertolongan. Apapun yang kami butuh mereka slalu bersedia untuk menolong kami.

Pada awalnya kami semua sebagai sahabat tidak pernah pandang bulu satu sama lainnya, semua berlaku adil tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya. Tapi lama kelamaan kami melihat sesuatu yang aneh dari Irwan ke Rhil, bukan berarti juga dia menyisihkan kami, dia masih tetap memperlakukan yang lainnya seperti seorang sahabat walopun ada lebihnya untuk Rhil kami enjoy aja, hehe. Tapi keanehan yang berbeda itu membuat kami bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dengan Irwan ke Rhil…??.

Irwan mulai memberi perhatian lebih ke Rhil, yaa gitu dech, seperti orang yang lagi falling in love, hehe. Kecurigaan kami mulai dalam, dan mencoba untuk menyelidiki apa yang sebenarnya sedang terjadi, udah seperti detektif aja kami ini, hehe.
Ooppss, ternyata kami menemukan jawaban dari kecurigaan kami selama ini. Sepertinya Irwan memiliki perasaan lebih dari seorang sahabat kepada Rhil, dan kami sebagai sahabat yang iseng mencoba bertanya kepada Irwan tentang hal itu, tapi sepertinya Irwan belum berani jujur kepada kami tentang perasaan yang sebenarnya kepada Rhil, okey kami bisa paham mungkin Irwan belum siap dan masih menjaga persahabatan kami. Tapi penyelidikan kami gak berhenti sampai disitu, misi akan tetap kami jalankan, wkwk.


Hanya 45 hari saja kami mengabdi di gampong Lamsiem, yang awalnya kami berfikir itu adalah jangka waktu yang terlalu lama, hmm ternyata tak yang seperti kami bayangkan, semua berlalu begitu cepat. Yups, tepat pada tanggal 31 Desember 2013 kami akan di jemput kembali oleh tim dari kampus UIN Ar-Raniry sebagai pertanda berakhir juga tugas kami sebagai mahasiswa pengabdi di gampong tersebut. 

Sediiih rasanya harus pisah dengan warga dan anak-anak gampong Lamsiem tersebut terutama harus berpisah dengan sahabat-sahabat, yaa bukan berarti pisah slamanya tapi kami masing-masing masih punya perjuangan sendiri, yang penting kekompakan dan saling dukung tetap ada.

Pada tanggal 30 Desember 2013, tepatnya malam sehabis isya kami membuat acara perpisahan pengabdian kami dengan warga Lamsiem dan adik-adik kami. Suasana malam itu terasa hening, dan sangat berbeda dengan suasana yang sebelumnya, yang slalu ada tawa, tapi malam itu tawa kami berubah jadi air mata. Air mata itu ada karna kesedihan perpisahan pengabdian kami. 

Yaa walau bagaimana pun tugas kami sebagai mahasiswa pengabdian sudah berakhir dan saatnya kami kembali berkarya demi meraih cita-cita yang sudah ada di ambang pintu kesuksesan.


Dan tanggal 31 Desember pun tiba, saatnya kami kembali ke kediaman masing-masing untuk melanjutkan perjuangan. Eepppss walopun tugas pengabdian kami sudah selesai, tapiii kisah ini belum selesai lhoo…, cerita “7 cm” masih terus berlanjut, hehe.

Pada tanggal 01 Januari 2014 (saatnya tahun baru), personil “7 cm” sepakat reflesing sekalian ingin merayakan ultah Irwan yang tepat pada tahun baru itu. Akhirnya kami pun sepakat refleshing ke lampuuk. Dengan ceria kami pergi ke Lampuuk untuk menambah kenangan indah di “7 cm”, hehe.


Tiba di Lampuuk, seperti kebiasaan kami yang slalu ketawa dengan berbagai macam candaan dan kegokilan yang kami ciptakan, dan sambil menikmati indahnya laut sebagai salah satu ciptaan Sang Ilahi, dan juga sambil menjalankan misi untuk mengatur strategi kerjain Irwan yang ultah pada hari itu. Kue tar juga tepung dan telor yang telah kami sediakan untuk di lemparkan ke Irwan pun berhasil kami jalankan, tapi gak cuma Irwan yang kena telor dan tepung, bahkan yang gak ultah juga kena kebagian, huutf, tapi yaaa itulah kekompakkan kami.

Pada saat pemotongan kue tar, kami minta Irwan untuk menyuapkan potongan pertama pada orang yang spesial, dan dia pun memilih Rhil untuk menyuapkan potongan pertama, cuit cuit, so sweet euy, hehehe.

Tapi itulah keseruan di hari itu. Setelah misi itu selesai dan misi selanjutkan tetap kami jalankan. Kami bertujuh pun duduk melingkar di pinggir pantai dengan mengadakan permainan yang sebelumnya juga sudah pernah kami mainkan, yuups putar botol, siapa yang kena ujung botol maka dia harus jawab pertanyaan dari yang lainnya dengan jujur.

Semua kena gilirannya lho, dan pertanyaan yang diajukan juga bebas mengenai apa saja. Mulai dari Masri, Akbar, Andy, Risky, Imoel, Rhil bahkan Irwan tetap bakal kena, tunggu aja gilirannya….

Saat itu Rhil lebih dulu kena ujung botol, yaa artinya kami yang akan bertanya dan Rhil harus jawab sejujur jujurnya. Naah, Imoel pun ambil posisi pertama untuk bertanya pada Rhil. Dan pertanyaan Imoel pada saat itu adalah jreng jreng jreng…. Inilah pertanyaannya “Rhil ada perasaan yang lebih dari sahabat gak untuk Irwan.?”. Jiaaah… pertanyaan dari Imoel itulah yang buat Rhil terdiam dan tak bisa berkata apa-apa, tapi kami kasih peluang untuk Rhil menjawabnya di akhir permainan ini. Whehehe.

Next giliran Irwan yang kena ujung botol, hakhak. Lagi dan lagi Imoel masih ambil posisi pertama untuk bertanya. Yuhuuuuu pertanyaan yang sama ke Rhil juga di lontarkan ke Irwan. Dengan ekspresi yang sama Irwan pun gak bisa berkata apa-apa, dan akhirnya Irwan pun menjawab dari pertanyaan Imoel itu. Setelah di jelaskan panjang lebar oleh Irwan yang ternyata dia memang memiliki feel yang lebih sebagai sahabat ke Rhil terjawab sudah. Dan akhirnya Rhil juga menjawab pertanyaan dari seorang sahabat yang tadinya sempat tertunda, jawaban yang sama terdengar dari Rhil, akhirnya ada feedbacknya, gak cuma bertepuk sebelah tangan, hehe. Endingnya, yaa akhirnya mereka pun memilih menjadi pasangan kekasih, uuuu so sweet….. J

Dan kami sebagai sahabat mendukung hubungan mereka, dan berdoa semoga hubungan itu tidak sementara dan akan utuh sampai akhir hayat nantinya, dan begitu juga dengan persahabatan ini yang akan selalu utuh dan tak akan pernah usang dimakan waktu…


Inilah sepenggal cerita dari “7 cm”….. J

Penggalan cerita ini ditulis oleh Mulyani, sahabat yang paling banyak ngakaknya hehe.

Tunggu kisah lengkapnya dalam tulisan berseri "Kutemukan Cinta di Lamsie"