Lukmanul Hakim.
Nasehat Seorang Ayah Untuk Anaknya.
Lukmnul
Hakim bukanlah seorang nabi, bukan pula seoran raja, tapi ia hanya seorang
budak hina dimata manusia pada zamannya, berkulit hitam legam, berparas
pas-pasan, hidung pesek.
Namun
demikian, namanya diabadikan oleh Allah menjadi nama salah satu surat dalam al-qur’an,
surat Luqman. Penyebutan ini tentu bukan tanpa maksud. Luqman diabadikan
namanya oleh Allah, karena memang orang shaleh yang patut diteladani.
Bahwa
Allah tidak menilai seseorang dari gagah tidaknya, juga tidak dari statusnya,
jabatannya, warna kulitnya dan lainnya. Akan tetapi Allah menilai dari
ketakwaaan dan ketaatannya. Lukman dikenal sebagaiu manusia bijak dan sahabat
menjadi rujukan pihak orang orang tua dalam mengasuh buah hatinya. disini ada
banyak pesan Lukmanul Hakim yang coba penulis paparkan.
Hai
anakku: ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak
manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat, agar jangan karam,
layarilah lautan itu dengan sampan yang bernama takwa, isi nya ialah iman dan
layarnya adalah tawakal kepada Allah.
Orang
– orang yg sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya
akan mendapat penjagaan dari Allah.
Orang
yang insyaf dan sadar setalah menerima nasihat orang lain, dia akan sentiasa
menerima kemulian dari Allah juga.
Hai
anakku; orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat
kepada allah, maka dia tawadduk kepada allah, dia akan lebih dekat kepada Allah
dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada Allah.
hai
anakku; seandainya ibu bapamu marah kepadamu kerana kesilapan yang dilakukanmu,
maka marahnya ibu bapamu adalah bagaikan baja bagi tanam tanaman.
jauhkan
dirimu dari berhutang, karena sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan
dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.
dan
selalulah berharap kepada Allah tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak
menderhakai Allah. takutlah kepada Allah dengan sebenar benar takut ( takwa ),
tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat Allah.
hai
anakku; seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya karena tidak dipercayai
orang dan seorang yang telah rusak akhlaknya akan sentiasa banyak melamunkan
hal hal yang tidak benar. Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya
semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mau
mengerti.
Hai
anakku; engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi
yang amat berat, tetapi akan lebih berat lagi daripada semua itu, adalah
bilamana engkau mempunyai tetangga yang jahat.
Hai
anakku; janganlah engkau mengirimkan orang yg bodoh sebagai utusan. Maka bila
tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi
utusan.
Jauhilah
bersifat dusta, sebab dusta itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging
burung, padahal sedikit saja berdusta itu telah memberikan akibat yang
berbahaya.
Hai
anakku; bila engkau mempunyai dua pilihan, takziah orang mati atau hadir majlis
perkarwinan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab ianya akan
mengingatkanmu kepada kampung akhirat sedang kan menghadiri pesta perkarwinan
hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi saja.
Janganlah
engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, karena sesungguhnya makan yang
terlalu kenyang itu adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan kepada anjing
saja.
Hai
anakku; janganlah engkau langsung menelan saja karena manisnya barang dan
janganlah langsung memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu, kerana manis
belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum tentu menimbulkan
kesengsaraan.
Makanlah
makananmu bersama sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahlah urusanmu
dengan para alim ulama dengan cara meminta nasihat dari mereka.
Hai
anakku; bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu
tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yg
mencari kayu bakar, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia
masih mau menambahkannya.
Hai
anakku; bilamana engkau mau mencari kawan sejati, maka ujilah terlebih dahulu
dengan berpura pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih
berusaha menginsyafkan kamu, maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan.
Bila tidak demikian, maka berhati hatilah.
Selalulah
baik tutur kata dan halus budi bahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian
engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang
pernah memberikan barang yang berharga.
Hai
anakku; bila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang
tidak mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan
sesuatu darimu.
Jadikanlah
dirimu dalam segala tingkah laku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian
atau mengharap sanjungan orang lain karena itu adalah sifat riya’ yang akan
mendatangkan cela pada dirimu.
Hai
anakku; janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu
disusahkan olah dunia saja karena engkau diciptakan Allah bukanlah untuk dunia
saja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya
dengan dunianya.
Hai
anakku; usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata kata yang busuk dan
kotor serta kasar, karena engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau
berbicara, usahakanlah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.
Hai
anakku; janganlah engkau mudah ketawa kalau bukan karena sesuatu yang
menggelikan, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah
engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, janganlah mensia-siakan
hartamu.
Barang
siapa yang penyayang tentu akan disayangi, siapa yang pendiam akan selamat
daripada berkata yang
mengandungi racun, dan siapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata
kotor tentu akan menyesal.
Hai
anakku; bergaullah rapat dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah
kata nasihatnya karena sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya,
hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata katanya bagaikan tanah
yang subur lalu disirami air hujan.
Hai
anakku; ambillah harta dunia sekedar keperluanmu saja, dan nafkahkanlah yang
selebihnya untuk bekal akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke keranjang
atau bakul sampah karena nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban
orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis
airnya karena sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka.
Janganlah engkau bertemankan dengan orang yang bersifat dua muka, kelak akan
membinasakan dirimu.
sumber : alang-alangkumitir