Refleksi
Kaum Muda
Masih ingatkah dengan pernyataan Bung Karno puluhan tahun silam,
dengan lantang presiden pertama RI ini berkata “ Berikan aku 10 pemuda maka
akan ku guncang dunia”
Pernyataan ini masih menggema hingga sekarang dan menjadi simbol
pergerakan kaum muda untuk menentukan arah perkembangan bangsa. Ironi yang
terjadi, setiap memperingati hari sumpah pemuda, ada diskursus yang senantiasa
menghiasinya hari bersejarah adalah minimnya akses kaum muda ke kuasaan.
Diskursus ini menyebutkan kita defisit pemimpin muda. Bukan Cuma
minim akses kekuasaan, diskursus itu juga menyebutkan kaum muda minim akes
kesejahteraan. Disamping diskursus defisit pengusaha muda dan kelas menengah
dari kalangan muda.
Semua diskursus tersebut menggambarkan Indonesia ialah negara yang
diam-diam menaganut sistem gerontokrasi. Gerontokrasi adalah sistem yang
dikendalikan orang-orang tua. Parhnya lagi gerontokrasi sering disandingkan
dengan autokrasi dan feodalisme. Itu artinya gerontokrasi bukanlah demokrasi.
walaupun kita menyebut era reformasi ini masa transisi menuju demokrasi.
Maka tak ayal setiap memperingati hari sumpah pemuda selalu
diteriakkan pentingnya kaum muda untuk mendapatkan akses kekuasaan, sehingga
tidak bermasalah dengan calon eksekutif maupun legislatif yang itu-itu saja,
namun malangnya ketika kaum muda mendapat akses politik menuju kekkuasaan,
mereka malah menjadi tersangka perbuatan tercela, lihat saja Angelina Sondakh,
Anas Urbaningrum, Andi Malaranggeng, Nazaruddin, dsb. Sehingga kekuasaan
diambil kembali oleh kaum tua. Dalam hal kesejahteraan sikap hedonis, dan
konsumtif telah menjadikan kaum muda kita rakus dan gelap mata untuk
mendapatkan kekayaan, lihat saja Gayus Tambunan dan rekan-rekannya di
direktorat jenderal pajak.
Kita mungkin berfikir bahwa korupsi yang dilakukan kaum muda
meniru senior-senior mereka yang sudah tua, jika demikian halnya tak ada mimpi
yang dapat diharapkan pada kaum muda, jika masih berfikir mencari jalan
menperkaya diri dengan merusak sendi negara, maka tak ada bedanya kaum muda dengan
kaum tua.
Semestinya dengan memeringati hari sumpah pemuda, menjadi refleksi
kaum muda kemana arah masa depan bangsa ini akan dibawa, sudah saatnya kaum
muda melawan gerontokasi yang mengakar dan mencabutnya dari bumi pertiwi
tercinta. Sehingga sudah waktunya bahwa pemuda dapat mengguncang dunia.***